image1 image2 image3 image4 image5 image6

EVERY NEW DAY IS ANOTHER CHANCE|ANOTHER CHANCE TO #CHANGE|#CHANGE IS NEVER EVER EASY|YOU FIGHT TO HOLD ON|AND YOU FIGHT TO LET GO|PROGRESS IS IMPOSSIBLE|WITHOUT #CHANGE|WE NEED WE WANT WE HAVE TO #CHANGE|BETTER #CHANGE JUST START

IAIC Lepas Landas!

"Think Big, Start Small, Act Now!" IAIC Lepas Landas
Ceritanya saya lagi blogwalking ke blog sahabat saya, Fitri. Dan saya menemukan cerita menarik tentang IC, jadi pengen ngepost tentang ini juga hehe. Itung-itung membayar semua kenangan selama tiga tahun yang belum tertulis di blog ini.

Oke kita mulai :

Saya lahir di zaman pergolakan IAIC (ciee...) 

Semua cerita dimulai dari dulu merintis Alumni Olimpiade Sains Nasional Insan Cendekia -AOSNIC- di tahun 2012 bareng sahabat-sahabat saya Pyan Amin, dan Ahmad Faiz. (kombo Jogja-Jakarta-Bandung, kombo yang sulit. Bayangkan caranya mengatur organisasi di tiga kota yang terpisah jauh) kemudian ditambah Arum Adiningtyas untuk mengisi kekosongan Faiz yang cabut ke Jepang. Inget banget dulu sering nelpon-nelpon orang-orang baik itu Wakil Kepala Madrasah di Serpong, Sekjen IAIC di Kalimantan apa ya (Kak Elmo), hingga founder-founder yang terpisah di berbagai kota. Yaah, lumayan mengisi semester satu dan dua saya lah.

Dari AOSNIC ini saya banyak melihat langsung tentang keorganisasian IAIC, baik itu di daerah, pusat, antar regional, antar angkatan dll. Cerita panjang antar mereka, tujuan, harapan, visi dan misi, dan catatan-catatan kegagalan untuk angkatan selanjutnya.

Oke birokratis banget bahasannya. hehe. Mari kita kembali ke topik yang lebih nyantai.

Hingga akhirya, kami dari IAIC berhasil mengadakan Kongres pada awal tahun ini, dan berhasil memilih Sekjen baru. Harapannya dengan kepengurusan yang baru, IAIC makin fresh, brand new dan kompak.

Terpilihlah Kak Adam Ardisasmita, alumni ITB sebagai Sekjen IAIC periode ini.

Bagi kami, IAIC adalah keluarga. Kalau KKN yang dua bulan tinggal bareng aja sudah begitu mengakrabkan, bikin cinlok, kenal sangat sangat dalam satu sama lain. Bayangkan kami yang tiga tahun digembleng dalam sepetak tanah 6 hektar dengan akses keluar kompleks yang minim, sedekat apa kekeluargaan diantara kita =D. Baik antara kakak kelas maupun adik kelas. Ini mungkin yang membuat saya tidak pernah terlalu pusing untuk lomba diluar kota, karena saya selalu punya keluarga IAIC yang membantu. Mau itu PIMNAS di Semarang, ataupun Lomba di Bandung selalu ada mereka yang membantu saya, hehe.

Bahkan ada anekdot kalo kita kayanya uda enggak bisa nikah deh karena uda kaya saudaraaa banget. Karena semua aib-aib sudah saling kita ketahui bersama, hehe. (Anekdot aja, kalau ada Alumni IC yang lagi baca tulisan ini dan lagi ngincer Alumni juga jangan patah arang =) ).

Kekompakan ini bisa terlihat, kabar-kabar dari dalem sekolah yang selalu diupdate guru untuk alumni. Alumni yang selalu menjadi tour guide kalo ada guru dan adik kelas yang dateng ke kotanya. Penggalangan dana untuk keluarga Insan Cendekia yang lagi ditimpa musibah. Hingga takdir-takdir yang mempertemukan dua Insan di sekolah ini, bahkan ada program baru Mr and Mrs IAIC! yang digalakkan oleh teman seangkatan saya Izzah dan suaminya Kak Gilang (alumni juga). Saya belum merasa butuh program ini siih, jadi belum join ahaha. Mungkin kalo uda umur 27 dan belum ada tanda-tanda nemu Jodoh saya bakal join program Mr and Mrs IAIC ini wkwk.

Bahkan, terakhir saat angkatan saya menyambut teman yang lagi mampir dari Kyoto University, saya dimarahin karena enggak ngabar-ngabarin kemarin wisuda asrama, sebenarnya mereka uda mau bawain bunga kalo tau. Wkwk, meski bunganya belum sampe sebenarnya sudah bahagia sih ada yang bilang gitu. Hehe.

Alhamdulillah, ini mungkin rahmat Allah untuk pilihan saya keluar dari zona nyaman dan masuk sekolah ini enam tahun lalu =)

Back to Topic : IAIC Lepas Landas
Board Member IAIC. Kalau dilihat dan disadari lebih dalam, banyak isinya adalah legenda-legenda Kabinet KM ITB (semacam BEM Univnya ITB). Mungkin karena Headquarternya lagi di ITB kali ya. Maaf banget yaa, saya jarang kontribusi meski diletakkan di Kesekjenan.

Insan Cendekia (MAN Insan Cendekia - karena sudah banyak sekolah yang mendopleng nama Insan Cendekia baru baru ini) adalah sekolah bentukan Pak Habibie. Eeem.. Kebetulan saya pernah ketemu beliau, mungkin akan saya ceritakan di kisah selanjutnya.





Alhamdulillah, Insan Cendekia adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan pada saya. Enggak cuman karena full beasiswa dari makan, tidur, asrama, sekolah, buku,seragam sampai fasilitas keren kaya perpus super kece hingga ruang fitness. Tetapi lebih dari itu, atas semua nikmat ukhwah islamiyah, untuk semua prinsip hidup, daya juang, dan kemandirian yang saya dapat. Untuk semua pondasi agama yang Insan Cendekia bangun untuk saya, sebagai tempat berpijak hingga akhir kelak.

Terimakasih ya Allah untuk semua nikmat yang engkau berikan di tiga tahun penuh makna ini.

"Habibie ingin kita seimbang antara IPTEK dan IMTAQ. Bukan 50%-50%. Tapi 100% IMTAQ dan 100% IPTEK. "

*agak random ya malem ini, mungkin lagi kangen IC. Ya Allah, kalo aku punya anak masuk IC aja deeh ahaha


Share this:

CONVERSATION

1 comments:

  1. kami semua bangga pd kakak.kakak is the best.semangat dan terus berprestasi!(ibu)

    ReplyDelete